Perjalanan untuk Lepas dari PCO (Part 3)


Perjalanan belum usai, usaha masih terus dilakukan. Bisa di bilang bukan kejar target jadi harus segera hamil. Pertama, saya ingin untuk menanggulangi PCO yang ada. Jika sudah membaik, tentu proses dan persiapan untuk hamil menjadi lebih mudah. Setelah selesai minum obat dari dr. Wenny, beberapa hari kemudian memang langsung menstruasi dengan normal. Obat yang diberikan untuk dua bulan, sehingga bulan berikutnya saya kembali minum obat yang sama. Awalnya hanya ingin minum obat untuk satu bulan, namun karena sudah terlanjur dibeli dan ingin melihat efeknya, maka saya ikutin anjuran dokter.

Bulan April 2019 sehabis minum obat, saya bisa menstruasi dengan lancar. Kemudian obat sudah habis, jadi saya cuma bisa berharap di bulan Mei bisa menstruasi tanpa dipancing (minum obat hormon). Bulan Mei 2019 saya masuk kerja di kantor baru. Kebetulan semua proses kuliah sudah selesai dan wisuda juga dilaksanakan beberapa hari sebelum bekerja. Jadi, bulan Mei merupakan awal baru untuk di dunia perkantoran dengan gelar yang juga baru.

Jujur, saya nyaris lupa tanggal menstruasi yang terakhir. Sebetulnya saya pakai aplikasi kalender menstruasi yang di install ke handphone. Karena mulai kerja dan adaptasi dengan yang baru, akhirnya saya menjadi tidak cek perihal jadwal menstruasi. Akhir bulan Mei 2019, saya baru sadar bahwa belum ada tanda-tanda akan menstruasi. Saya juga tidak berniat untuk melakukan test kehamilan, karena hasilnya pasti sama saja negatif. Akhirnya saya cuma bilang ke koko kalau bulan itu tidak menstruasi. Koko mengajak untuk mencari dokter lain, sebagai alternatif dan perbandingan dari dua dokter yang sudah dikunjungi. Saya menolaknya dan tidak mau ke dokter.

Rasanya lelah untuk ke dokter dan meminum obat yang intinya sama, yaitu memperbaiki kadar hormon dalam tubuh. Oiya, saya lupa menceritakan efek sehabis minum obat hormon. Saya merasakan setelah minum obat, mulai muncul jerawat di muka, rambut rontok dalam jumlah banyak, nafsu makan meningkat sehingga saya merasa seperti "bengkak", mood yang super mudah berubah, dsb. Saya baca di internet ternyata disebutkan juga bahwa efeknya akan seperti itu. Nah, saya tidak mau untuk mengalaminya lagi karena cukup menyiksa diri sendiri.

Mulai kerja kantoran, bikin pikiran menjadi teralihkan sejenak dari kehamilan. Untungnya orang-orang di kantor tidak terlalu mempertanyakan saya yang belum hamil. Sehingga, pikiran seputar kehamilan bisa sedikit terlupakan. Saya juga jarang ketemu saudara yang biasanya menanyakan seputar kehamilan, jadi merasa aman dan nyaman untuk menikmati pekerjaan saat itu.

Memasuki bulan Juni, saya mulai sadar untuk memperhatikan siklus menstruasi. Mungkin memang sudah jalannya dan itu tanda yang diberikan kepada kami berdua. Di bulan Mei atau Juni awal, koko melakukan medical check up atas dasar kebijakan perusahannya. Hasilnya menunjukkan bahwa kolestrol dan gula darah berada di atas batas normal. Disitu ia merasa bahwa mungkin memang faktor dirinya lah yang menyebabkan saya belum hamil. Karena kolesterol dan gula darah yang tinggi, sehingga bisa mempengaruhi sperma. Ada satu momen yang membuatnya menyalahkan dirinya sendiri. Padahal saya juga mengalami PCO yang punya andil untuk belum mengalami kehamilan.

Momen hasil check up dan saya yang tidak mau minum obat hormon lagi, membuat kami berdua melakukan perubahan. Perubahan ini dalam pola makan dan olahraga. Ternyata memang tidak mudah, tapi kami berusaha sebab ada satu keputusan yang diambil perihal keinginan untuk punya anak. Kami memutuskan untuk memulai program hamil sejak tahun 2020. Di sisa tahun 2019, kami isi dengan olahraga, ubah pola makan, dan mencari refrensi dokter serta rumah sakit yang sesuai.

Kami pun berusaha untuk melepaskan dan membiarkan mengalir begitu saja. Sebab, kami berdua menyadari bahwa usaha selama ini terbilang masih minim. Saya pun mulai daftar mengikuti kelas yoga, sedangkan koko daftar gym. Tiga kali dalam seminggu kami berusaha untuk rutin berolahraga. Pola makan juga diubah, seperti saya menganti nasi putih dengan nasi merah, lebih banyak makan sayur hijau, dan buah-buahan. Perihal gorengan juga coba dikurangin dan lebih banyak makan yang di bakar atau kukus. Kebetulan saya memang kurang menyukai makanan dan minuman manis, jadi hal ini lebih mudah dilakukan.

Koko sendiri pencinta gorengan dan sangat susah untuk makan sayur dan buah. Karena dia juga tidak ingin ketergantungan obat, maka mulai mengurangi makan gorengan dan mencoba makan sayur. Awalnya buat dia cukup sulit. Bayangkan saja, jika makan mie ayam yang ada sayur sawi, ia suka memesan tanpa sayur. Nah, sekarang harus makan sayur dalam porsi yang lebih banyak daripada di mangkok mie ayam. Saya bersyukur tekad dia untuk sehat itu tinggi, sehingga pelan-pelan ia mampu untuk makan sayur dalam jumlah banyak. Dia juga pencinta minuman dan makanan manis, sekarang sudah bisa dikurangin. Biasanya minum es teh manis, sekarang hanya sekedar air putih saja. Sesekali masih minum dan makan manis, namun porsinya berkurang.

Inilah tahap awal kami dan terbilang masih jauh dari kata sukses. Tapi, kami berupaya dan berusaha untuk membuat perubahan dalam hidup. Sebab, kami menyadari jika nanti ingin melakukan program hamil, tentu dokter akan meminta untuk olahraga dan ubah pola makan. Maka dari itu, kami mulai mencicilnya perlahan. Masih suka tidak konsisten, namun tetap berusaha untuk berubah menjadi ke arah positif.


Refrensi:

https://pixabay.com/photos/hands-pregnant-woman-heart-love-2568594/

No comments

Halo, salam kenal!

Terimakasih ya atas kesediaannya untuk membaca tulisan ini. Boleh ditinggalkan komennya agar kita bisa berkomunikasi satu sama lain :)

Sampai berjumpa di tulisan-tulisan berikutnya.